Perselisihan dunia dengan Rusia mengenai perang tak berkesudahan di Ukraina disebut telah memicu potensi Perang Dunia 3. Berbagai negara di Eropa kini mulai mempersiapkan diri lewat militernya masing-masing.
Jerman, misalnya, telah didesak untuk mengaktifkan 900.000 pasukan cadangan oleh Marie-Agnes Strack-Zimmermann, seorang anggota parlemen dari partai liberal FDP dan ketua Komite Pertahanan di Bundestag.
Strack-Zimmermann mendesak hal ini karena yakin “serangan Rusia terhadap kita telah dimulai”. Ia mengatakan Moskow sepenuhnya siap berperang, dan sudah saatnya bagi Jerman untuk bersiap menghadapi ancaman apa pun dari timur.
Anggota parlemen tersebut menambahkan serangan Rusia terhadap Jerman telah dimulai, dengan mengacu pada perang hibrida yang dituduhkan Rusia terhadap berbagai negara Eropa, dengan taktik termasuk serangan siber dan memanipulasi krisis pengungsi.
“Putin sedang mempersiapkan rakyatnya untuk perang dan menempatkan mereka dalam posisi melawan Barat. Oleh karena itu, kita harus mampu mempertahankan diri secepat mungkin,” katanya kepada surat kabar Funke Media Group, seperti dikutip Express, Senin (3/6/2024).
Ia pun menyerukan pengaktifan pasukan cadangan Jerman. “Jika kita dapat merekrut setengah dari mereka dengan keahlian yang sesuai sebagai pasukan cadangan, itu akan menjadi aset yang luar biasa,” ujarnya.
Strack-Zimmermann mengatakan negaranya memiliki sekitar 900.000 pasukan cadangan, meskipun Angkatan Bersenjata Jerman, Bundeswehr, belum mendaftarkan tentara yang pensiun dari dinas aktif selama beberapa dekade.
Sementara itu, Rusia disebut telah mengancam akan melenyapkan senjata nuklir Inggris dalam sehari. Klaim ini disampaikan seorang pakar militer dari Moskow, Yuri Baranchik.
Baranchik memerinci strategi Rusia dalam ‘Operasi Tak Terpikirkan’, jika konflik di Ukraina meningkat menjadi perang nuklir. “Dalam satu hari kami melaksanakan Operasi Tak Terpikirkan. Kami melenyapkan potensi nuklir Inggris dan Prancis,” katanya.
Menurutnya, strategi ini akan melayani dua tujuan, yakni Putin akan merampas status militer-geopolitik Eropa dan mengurangi jumlah kekuatan nuklir di dunia dari sembilan menjadi tujuh.
Pakar tersebut mengeklaim tindakan ini akan “mencabut taring nuklir Inggris dan Prancis, maka blok NATO tidak akan lagi memiliki pemerasan di wilayah operasi Eropa.”
Baranchik, yang juga seorang ahli nuklir terkemuka yang terkait erat dengan lingkaran Kremlin, membuat pernyataan yang meresahkan tentang persenjataan nuklir Inggris, dengan menyatakan bahwa persenjataan itu dapat dinetralkan dengan relatif mudah.
Menurutnya, menetralisir Inggris dan Prancis serta menghilangkan kemampuan mereka dalam persenjataan nuklir akan secara radikal mendefinisikan ulang lanskap keamanan Eropa, sekaligus mencopot gelar mereka sebagai kekuatan nuklir.
Ia menambahkan bahwa NATO hanya akan memiliki senjata nuklir taktis dan senjata nuklir Amerika Serikat (AS) yang tersisa, bahkan di Eropa, tetapi penggunaannya akan berarti kehancuran Amerika, yang tidak akan pernah mereka ambil risiko.
Di sisi lain, Dmitry Medvedev, pejabat senior Kremlin dan mantan presiden serta perdana menteri Rusia, telah menyatakan bahwa Putin tidak menggertak dalam hal ancaman perang nuklir
Rezim Putin juga dilaporkan berinvestasi dalam tempat perlindungan nuklir bergerak senilai 330.000 pound (Rp6,8 miliar) untuk kota-kota besar, yang dirancang untuk melindungi individu-individu penting jika terjadi perang yang dahsyat.