Kehidupan Sulaiman Al Rajhi (95) adalah anomali. Di saat miliarder lain ingin menghabiskan uang dengan bergelimang harta, Al Rajhi tidak. Dia malah ingin hidup miskin dan menyumbang seluruh harta untuk kegiatan amal.
Sulaiman Al Rajhi adalah pebisnis Arab Saudi yang sempat menelan pil pahit kehidupan di masa muda. Sejak lahir, dia sudah menghadapi kemiskinan hingga tak bisa belajar dan terpaksa bekerja di usia 9 tahun sebagai porter.
Selain itu, dia juga pernah bekerja sebagai pengepul kurma dan penjaga toko. Hingga akhirnya, titik balik kehidupannya terjadi saat dia bekerja di money changer. Bekerja di money changer membuatnya naik kelas. Dari semula miskin, menjadi orang berduit.
Di kala melakukan ekspansi inilah, Sulaiman memutuskan untuk mencari tantangan baru. Pada 1970, dia membangun bisnis money changer sendiri yang dalam waktu singkat berkembang jadi 30 gerai di seluruh Arab Saudi. Bahkan, sudah berhasil melakukan ekspansi ke Mesir dan Lebanon.
Besarnya jaringan bisnis membuat Sulaiman bersama saudara-saudaranya membentuk perusahaan induk money changer. Belakangan, perusahaan induk ini berubah arah dan memilih terjun di dunia perbankan, khususnya bank syariah lewat Al Rajhi Bank.
Dari sinilah upaya Sulaiman menjadi kaya berhasil. Al Rajhi Bank puluhan tahun kemudian jadi bank syariah terbesar di dunia. Praktis, keberhasilan ini lantas membuat kekayaan Sulaiman meroket.
Pada 2011 Forbes mencatatkan kekayaannya mencapai US$ 7,7 miliar atau Rp 119 triliun di masa kini. Dengan harga segitu, dia masuk dalam 100 orang terkaya di seluruh dunia. Meski bergelimang harta, Sulaiman punya sikap berbeda soal gaya hidup.
Punya harta ratusan triliun, tak membuat Sulaiman berfoya-foya. Dia tak punya mobil mewah atau pesawat pribadi. Untuk berpergian, dia selalu menggunakan pesawat kelas ekonomi.
Alasan Sulaiman bersikap demikian karena dia takut dosa. Dia tidak mau kekayaannya tidak bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka, dia selalu menggunakan harta untuk kegiatan bermanfaat, termasuk kegiatan amal.
Soal amal, Sulaiman selalu totalitas. Sebagai orang yang pernah terjerat kemiskinan, dia merasa hidup miskin tidak enak. Akibat tak mau orang lain merasakan hal sama, dia kerap membagikan uang kepada orang yang membutuhkan.
Hingga akhirnya puncaknya terjadi pada 2015 lalu. Dia membagikan seluruh harta kepada masyarakat tidak mampu di Arab Saudi. Dia juga mengalihkan kepemilikan sahamnya di Al Rajhi bank ke berbagai lembaga amal.
Akibatnya, semua tindakan ini membuat hartanya lenyap dan hanya menyisakan sedikit untuk dana abadi dan warisan anak. Atas dasar ini, Forbes tak lagi memasukan namanya di jajaran orang terkaya dunia.
Dia pun menyebut dirinya sudah miskin dan mengklaim hanya punya satu gamis. Meski begitu, Sulaiman sama sekali tidak menyesal.
“Segala harta milik Allah, dan kita hanyalah orang-orang yang diberi amanah (oleh Allah) untuk menjaganya,” ujarnya.