Hujan Lebat Bakal Landa Sebagian Besar Wilayah RI, Ini Penjelasan BMKG

Suasana langit tertutup awan gelap di Jakarta, Jumat (2/2/2024). Cuaca ekstrem akan terjadi beberapa hari terakhir di Jabodetabek diperkirakan terus terjadi hingga 10 Februari 2024 dengan intensitas hujan yang semakin meningkat. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana langit tertutup awan gelap di Jakarta, Jumat (2/2/2024). Cuaca ekstrem akan terjadi beberapa hari terakhir di Jabodetabek diperkirakan terus terjadi hingga 10 Februari 2024 dengan intensitas hujan yang semakin meningkat. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya peningkatan potensi hujan di sebagian wilayah Indonesia. Yang dipicu oleh dinamika atmosfer global dan regional.

BMKG memprakirakan, sebagian besar wilayah Indonesia, meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua mengalami peningkatan potensi pembentukan awan hujan. Hal itu terungkap dalam Prospek Cuaca Mingguan yang dirilis BMKG, berlaku untuk tanggal 10 sampai 16 September 2024.

Hasil analisis dan pantauan BMKG, dalam sepekan terakhir curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia bagian utara masih cukup tinggi. Disebutkan, hujan dengan intensitas sangat lebat atau ekstrem (100 atau >150 mm/hari) terjadi pada tanggal 2 September 2024 di Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh (175 mm/hari). Lalu pada 7 September2024 di Stasiun Meteorologi Torea Papua Barat (161 mm/hari), dan 8 September 2024 di StasiunMeteorologi Tebelian Kalimantan Barat (108 mm/hari).

BMKG mengungkapkan sederet aktivitas fenomena cuaca global dan regional yang jadi pemicu, yaitu:

– gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang aktif

– adanya daerah pertemuan dan perlambatan angin
– suhu muka laut yang hangat yang menambah suplai uap air terutama di wilayah pesisir

– labilitas atmosfer yang tinggi turut memperkuat pembentukan awan hujan di berbagai wilayah tersebut, menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya hujan.

“Dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia,” tulis BMKG, dikutip Rabu (11/9/2024).

“Pada periode 11-16 September 2024, MJO diprediksi aktif di wilayah Maritime Continent (fase 5) di wilayah Indonesia,” tambah BMKG.

Ditambahkan, analisis OLR dan aktivitas gelombang ekuator Rossby terprediksi aktif hingga sepekan ke depan di wilayah Aceh, Sumatra bagian tengah dan selatan, Jawa bagian barat, Kalimantan Utara, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, Papua, Papua Pegunungan, dan, Papua Selatan.

Selain itu, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif di wilayah Papua bagian Utara tanggal 10-11 September 2024.

BMKG mengungkapkan, sirkulasi siklonik berada di Samudera Pasifik Timur laut Papua yang membetuk wilayah konvergensi di Laut Filipina dan Samudera Pasifik di sekitar sirkulasi.

Daerah konvergensi lainnya memanjang di samudera Hindia Barat Sumatra, Laut Cina Selatan, dan Papua Pegunungan. Daerah konfluensi berada di Laut Cina Selatan, Samudra Hindia barat Sumatra Barat, Laut Timor, dan Samudra Pasifik utara Papua.

Disebutkan, kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang low level jet/konvergensi/konfluensi tersebut.

Sementara itu, ada peningkatan kecepatan angin hingga mencapai lebih 25 knots, terpantau di Laut Andaman, Samudera Hindia barat daya Bengkulu, Laut Timor, Laut Arafuru, dan Laut Coral selatan Papua. Yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.

Dengan kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut BMKG pun mengeluarkan peringatan dini untuk period 10-16 September 2024:

– Potensi Hujan sedang – lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang

di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua.

– Potensi Angin Kencang

di wilayah Sumatra Utara, Riau, Kep. Riau, Kep. Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, dan Papua Selatan.

“Tetap tenang namun tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang sewaktu-waktu dapat terjadi,” demikian imbauan BMKG.

Dampak Fenomena MJO

Secara terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, hujan saat ini lebih didasarkan pada peristiwa Gangguan Atmosfer berupa MJO.

“Fase 3 itu di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra, Fase 4 ada di Wilayah Indonesia sebelah barat-tengah, Fase 5 ada di Wilayah Indonesia Tengah-Timur,” katanya kepada CNBC Indonesia.

Dia menjelaskan, fenomena MJO merupakan fenomena propagasi awan-awan konvektif ke arah timur di daerah tropis. Tumbuh di Samudera Hindia dan berakhir di Samudera Pasifik tengah, yang berosilasi pada periode 30-60 hari

“Bila ditanya signifikannya seperti apa, MJO menyebabkan pertumbuhan awan hujan yang meningkat dan menghasilkan hujan lebat-ekstrem,” ujar Guswanto.

“Hujan lebat-ekstrem akan sangat berdampak bila terjadi di daerah yg lingkunganya sudah rusak. Artinya kualitas lingkungan juga menentukan signifikansi dampak dari MJO,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*