Belajar dari Hermanto Tanoko, Punya Rp554 T Gegara Nasihat Orang Tua

Pengusaha Hermanto Tanoko mendapat sorotan usai melompat ke posisi teratas orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Dengan harta US$34,3 miliar atau Rp554,87 triliun, dia berada di posisi ke-2 tepat di bawah Prajogo Pangestu.

Nominal sebesar itu diperoleh Hermanto dari kepemilikan beberapa perusahaan di bawah bendera Grup Tancorp. Dua paling dikenal masyarakat adalah perusahaan cat Avian dan perusahaan air minum Cleo. 

Dalam akun Youtube pribadi, Hermanto mengatakan bahwa kesuksesan hari ini terjadi berkat perjuangan dan doa dari orang tua. Sang ayah, Soetikno Tanoko, dan ibunya, Soeryani, turut membentuk kepribadian dan mental berbisnis di tubuh Hermanto Tanoko hingga membuatnya kaya raya. 

Hermanto Tanoko terbilang anak yang cukup beruntung. Sebab, dia bukan kategori anak yang minim perhatian orang tua, sekalipun keduanya sibuk bekerja mencari uang.

Saat lahir pada 17 September 1952, diketahui ayahnya berbisnis palawija. Sementara ibunya berjualan pakaian dan barang bekas di depan rumah. Namun, kesibukan tak membuat Hermanto dilupakan. 

Dalam wawancara di salah satu podcast, Hermanto bercerita bahwa dia justru sangat intens dan dekat dengan kedua orang tua. Bahkan, sampai usia 11 tahun dia selalu tidur bersama orang tua. Atas dasar ini, dia mengetahui bagaimana perjuangan keduanya untuk keluarga. 

“Walaupun bertemu hanya malam, tapi sangat intens dan dekat sehingga saya tahu perjuangan mereka untuk anak-anaknya,” ungkap Hermanto. 

Di setiap malam itulah, Hermanto kecil selalu dicekoki cerita-cerita sejarah dan perjuangan ayahnya saat berbisnis jauh sebelum kelahiran dirinya. Sang Ayah, Soetikno Tanoko, memang sudah mengalami pasang-surut berbisnis sejak tahun 1948.

Saat tiba di Indonesia dari China, Soetikno hanya bekerja sebagai petani dan dengan cepat menjadi pengusaha sukses. Pada akhir 1950-an, dia punya rumah, toko, dan motor. Namun, semua kejayaan runtuh akibat kebijakan rasial Presiden Soekarno. 

Perlu diketahui, Soekarno tercatat dalam sejarah mengeluarkan peraturan yang melarang orang Tionghoa berbisnis di perdesaan. Pedagang Tionghoa, baik WNI atau WNA, dipindahkan paksa bahkan dilakukan pemulangan ke negara asalnya, China.

Kebijakan tersebut membuat Soetikno yang masih berstatus WNA kehilangan harta-benda. Dia pun terpaksa angkat kaki dari Indonesia. Namun, dia tidak jadi pulang karena kapal yang membawanya tak kunjung datang.

“Akhirnya, ayah pergi ke Gunung Kawi. Tinggal di emperan wihara pakai tikar. Sampai 6 bulan,” kata Hermanto Tanoko, dikutip dari akun Youtube Christine Lie, Kamis (18/7/2024).

Saat itulah, Hermanto menjadikan seluruh cerita itu pedoman hidup. Sebut saja seperti telaten, ketekunan, dan kreativitas yang dipegang teguh saat berbisnis.

Dalam kasus bisnis apotek di tahun 1960-an, misalnya, dia melakukan terobosan yang tak pernah dipikirkan oleh kompetitor, yakni sistem pengantaran obat gratis. Atau saat berbisnis cat Avian, dia melakukan langkah berani dengan membeli mesin besar asal Korea Selatan untuk menggenjot produksi. 

Atas dasar inilah, nasihat dari kedua orang tua membuahkan hasil. Tahun-tahun berikutnya jadi masa keemasan Hermanto Tanoko sebagai orang kaya dan sukses. Pada titik ini, dia berpesan bahwa salah satu cara sukses adalah berbakti pada orang tua. 

Dia mengatakan keluarga juga harus menjadi nomor satu di dalam hidup. Jika berbakti pada orang tua, maka rezeki bisa mengalir deras. 

“Saya adalah diri saya hari ini, berkat bimbingan dan doa dari Mama tercinta. Jadi, kata-kata yang terus terlintas di benak: saya akan berusaha yang terbaik untuk selalu menjadi Anak yang dapat Mama & Papa banggakan,” tulis Hermanto di akun resmi Instagramnya saat mengumumkan Sang Ibu meninggal dunia, Juni 2024 silam. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*