
Ekonomi RI
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada 2026, angka yang lebih tinggi dari proyeksi 2025 sebesar 5,2 persen. Target ambisius ini memicu perdebatan di kalangan ekonom, mengingat ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tetap optimis dengan memandang bahwa melihat di 2025 memang pertumbuhan ekonomi sedikit membaik ke 3 persen, walaupun resiko global masih terlihat, dan juga membuat ketidakpastian yang tinggi.
“Namun Indonesia tetap optimis, karena pertumbuhannya relatif dibandingkan berbagai negara lain, kita berada pada angka yang relatif tinggi, China 5,2, Indonesia 5,12, dan ASEAN relatif lebih tinggi dari berbagai negara termasuk Zona Eropa dan juga Amerika Serikat,” kata Airlangga.
Namun, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, target 5,4 persen pada 2026 secara makro masih sulit tercapai mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan masih belum terealisasi dampak reformasi struktural.
Data terkini menunjukkan mesin domestik mulai pulih: PDB Q2-2025 menembus 5,12 persen (yoy), ditopang investasi yang melonjak 6,99 persen dan konsumsi rumah tangga yang stabil nyaris 5 persen.
Lonjakan tersebut banyak dibantu belanja modal pemerintah (capex) dan sektor manufaktur/konstruksi, sembari memproyeksikan pelonggaran BI Rate berlanjut hingga 4,5 persen pada 2026 untuk menopang permintaan.